Bertumbuh
Di Dalam Rencana-Nya
(1 Sam 2:18-20,26; Mzm 148; Kol 3:12-17; Luk
2:41-52)
Sesaat lagi tahun ini akan berlalu. Waktu
terus berputar dan menghantarkan yang baru. Sementara, yang kini perlahan
lenyap ditelan waktu. Tetapi pergerakan waktu tidak menjamin terjadinya pem-baru-an
diri, karena banyak juga orang yang menyia-nyiakan waktu. Waktu berlalu dan
menyisakan jejak kesirnaan. Hidup
mengalir menuju muara kehampaan. Tanpa kebaikan. Tanpa pertumbuhan. Juga tanpa
kebahagiaan.
Pergantian tahun mengajak kita mengevaluasi
waktu yang telah berlalu, sekaligus memaknai waktu yang baru dengan semangat
baru. Hal ini penting agar kesempatan yang Allah hadirkan dalam kehidupan kita
tidak sia-sia berlalu, tetapi kita manfaatkan untuk menata diri lebih baik.
Bacaan hari ini mengajak kita menyoroti masa
kecil dua tokoh penting di dalam Alkitab. Pertama, Samuel. 1 Sam 2:26 mencatat bahwa semakin hari Samuel “Semakin
besar dan semakin disukai, baik di hadapan Tuhan maupun di hadapan manusia”.
Catatan ini menyimpulkan bahwa kian hari Samuel mengalami pertumbuhan iman dan
jatidiri yang baik. Kolaborasi antara panggilan dan ketaatan Samuel semakin
menghasilkan kepribadian dan kepemimpinan yang berbobot. Sampai pada akhirnya
legitimasi kepemimpinan Samuel disadari semua orang bahwa “Samuel makin besar
dan Tuhan menyertai dia dan tidak ada satupun dari firman-Nya yang
dibiarkan-Nya gugur. Maka tahulah Israel dari Dan sampai Bersyeba, bahwa kepada
Samuel telah dipercayakan jabatan nabi Tuhan” (1 Sam 3:19-20).
Samuel tumbuh di tempat yang sama dengan kedua
anak Imam Eli (Hofni dan Pinehas). Mereka dididik dengan cara yang sama, mewarisi
ajaran yang sama, dan memiliki kesempatan yang sama dalam pelayanan. Tetapi
mereka mengalami pertumbuhan yang sangat kontras. Samuel menjadi pribadi yang
setia, taat dan dekat dengan Allah. Tetapi Hofni dan Pinehas menunjukkan banyak
ketidaktaatan dalam praktek-praktek keagamaan. Bahkan, mereka suka tidur dengan
perempuan-perempuan yang melayani di depan pintu Kemah Pertemuan, hingga dikeluhkan
semua orang Israel (ayat 22). Betapa bebalnya hati mereka, sehingga teguran
Tuhan melalui Imam Eli pun tidak mereka gubris (ayat 25b). Itulah yang menyebabkan
Tuhan akhirnya menolak mereka.
Kedua, Yesus
Kristus. Penginjil Lukas menegaskan dua kali bahwa “Yesus makin bertambah
besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan
manusia” (ayat 40 dan 52). Kalimat ini merangkumkan apa yang terjadi pada diri
Yesus di usia kecil. Kita memang tidak memiliki data apapun tentang masa kecil
Tuhan Yesus, selain catatan Lukas ini. Tetapi, catatan kecil ini cukup
memberikan rasa yakin bahwa sejak dini Yesus sudah menunjukkan kematangan karakter
dan spiritual. “Penuh hikmat“ dan “bertambah hikmat-Nya” menyiratkan otoritas
ilahi dalam diri Yesus. Kuasa, hikmat dan kasih Allah mengalir penuh atas-Nya,
sehingga tidak mengherankan jika dialog dengan para teolog Bait Allah berakhir
dengan kekaguman atas diri Yesus.
Bertumbuh di dalam Tuhan berarti menjadi
manusia yang dicintai Tuhan dan sesama. Dicintai Tuhan dan sesama menandakan
utuhnya pertumbuhan diri. Yang terbentuk tidak saja kekuatan fisik, tetapi juga
spiritualitas yang dewasa. Citra diri yang semakin baik. Sikap hidup yang
semakin benar. Perbuatan baik yang semakin nyata. Juga pelayanan yang terus
dikerjakan untuk kemuliaan Tuhan.
Itu berarti, ke depan kita harus menyediakan
waktu lebih banyak untuk menata kembali diri kita. Kita menyediakan waktu untuk
bersekutu dengan Tuhan dan semakin memahami kehendak-Nya. Kita menyediakan
waktu untuk melaksanakan kehendak-Nya itu. Ungkapan “...Aku harus berada di
rumah Bapa-Ku” dalam ayat 49 tidak bermaksud melukai hati orangtua-Nya dengan
mengatakan Dia punya Bapa yang lain, tetapi Ia hendak menegaskan bahwa
hidup-Nya harus selalu lekat dengan Bapa dan mengerjakan kehendak-Nya.
Bertumbuh di dalam Tuhan juga menggerakkan
kita untuk semakin peduli pada sesama. Keduanya tidak dapat dipisahkan,
sekalipun berbeda. Cinta kepada Tuhan ditandai dengan cinta kepada umat Tuhan
yang lain. Itu berarti, ibadah yang sejati tidak saja terungkap dalam
ritus-ritus gerejawi, tetapi juga dalam pelayanan dan pekerjaan baik yang
mengisi hari-hari kita ke depan.
Selamat Hari Natal dan Tahun Baru. Immanuel!
No comments:
Post a Comment