Thursday, June 25, 2009

Pilar-pilar Kepemimpinan Unggul

Komitmen
Sejak dini kita harus menanamkan pentingnya kesungguhan dalam menyelesaikan tugas-tanggungjawab. Komitmen kuat dan kesadaran pribadi adalah landasan peningkatan kualitas diri.

Kemitraan
Satu tarikan dalam kebersamaan akan menghasilkan kekuatan berlibat ganda. Kerjasama mesti digalang dengan mitra strategis berlandaskan prinsip kesetaraan untuk menghasilkan sinergi yang positif.

Komunikasi
Dari hati ke hati tulus menjalin kemunikasi untuk mendukung dan berbagi. Dalam menunjang pertumbuhan berkelanjutan senantiasa harus dijalin komunikasi mendalam dengan seluruh pihak.

Keahlian
Keahlian yang terus diasah akan berkembang menjadi profesionalisme sejati. Melalui program pendidikan dan pelatihan, profesionalisme itu akan tumbuh dan berbuah.

Kepedulian
Nilai kepedulian sangat penting , namun sikap pedulilah yang paling membahagiakan. Kualitas pelayanan selalu terus disempurnakan melalui kepedulian mendengar masukan berharga dari orang-orang lain.

Friday, June 19, 2009

Kesusahan Sebagai Kesempatan


(Ayb 38:1-11; 2 Kor 6:1-13; Mrk 4:35-41)

Kesusahan dan sejarah manusia ibarat sebuah lonceng: (1) Antara bandul dengan badan lonceng sangat terkait. Demikianlah pula sesusahan tidak pernah lekang dari perjalanan hidup manusia. Ada sejarah, pasti ada masalah. (2) Ada saat bandul dan badan lonceng berbenturan, menggetarkan dan menimbulkan kebisingan. Demikianlah sejarah manusia sarat dengan penderitaan, kegentaran dan bising dengan jeritan kesusahan. Akan tetapi, (3) tidak selamanya benturan itu berlangsung, karena juga ada saat-saat keteduhannya. Itulah saat ketika beban di pundak kita terangkat, keharmonisan tercipta dan sukacita melimpah.

Hidup Bagaikan Putaran Roda
Saudara, selalu ada titik-titik terbawah putaran roda hidup manusia. Titik ini adalah momen persoalan hidup begitu banyak dan rumit: persoalan keluarga menindih pekerjaan, ditambah soal-tugas gerejawi dan dilengkapi ketegangan personal dengan relasi-relasi lainnya. Kerap juga satu masalah melahirkan turunan-turunannya. Seperti global crisis yang terhambat laju perusahaan Anda, berakibat pada pemutusan hubungan kerja, mengganggu ekonomi keluarga, lalu mengancam pendidikan anak. SPP tidak lunas. Anak malu. Orang tua stress. Akitabnya, tanpa disangka, selalu ada nama baru pada Tribun kolom kriminal. Aduh.

Pengalaman pahit ini juga dirasakan oleh Ayub. Beruntun kesusahan memecutnya hingga tak berdaya. Mulai dari kekayaan yang musnah, anak-anak yang tewas dalam puing-puing rumah, istri yang berbelok setia, dilengkapi lagi dengan sakit barah busuk yang menggatal dari telapak kaki sampai ujung kepala. Begitu dramatis dan tragis.

Dalam kondisi seperti ini tidak banyak yang bertahan. Yang tidak percaya menjadi putus asa. Yang beriman pun bertanya skeptis: Mengapa orang beriman masih juga menderita? Tidak banyak yang bertahan seperti Ayub. Ketika mendengar istrinya menggerutu, Ayub menegur, “Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” (Ayb 2:9-10). Dalam hal ini Ayub bertabah hati. Ia setia.

Memang dari sudut pandang iman, segala sesuatu ada hikmahnya. Dari kasus Ayub, justru dalam penderitaan itulah ia menemukan wajah Allah. Allah menyatakan diri dalam badai. Allah menjawab Ayub dan mencerahkan pikirannya (Ayb 38:1). Perjumpaan dengan Tuhan itu menyadarkan Ayub bahwa Allah sanggup melakukan segala sesuatu dan tidak ada rencana-Nya yang gagal. Ayub akhirnya mengakui bahwa dahulu dari kata orang saja ia mendengar tentang Allah, tetapi sekarang ia memandang Tuhan dengan matanya sendiri. Kesusahan hidup menjadi kesempatan bagi Ayub untuk mengenal Allah lebih mendalam.

Hidup Bagaikan Pelayaran Jauh
Dalam gambaran lain, hidup ini ibarat pelayaran mengarungi samudera. Cuaca serah selalu menenangkan jiwa, yang mengibaratkan keluarga yang harmonis, pekerjaan lancar, kebutuhan terpenuhi dan semua hubungan terjalin akrab. Tetapi juga ada masa di mana ombak begitu tinggi dan perahu kita terhempas tak tentu arah, seperti pengalaman murid-murid Yesus. Hidup terancam. Kita seolah sendirian. Tuhan terasa terdiam seribu kata.

Saudara, memang Tuhan tidak pernah berjanji laut akan selalu cerah, ataupun hidup selalu aman dan nyaman. Gelombang kesusahan dapat datang kapan saja dan kepada siapa saja, termasuk kepada Yesus sendiri. Tetapi melalui peristiwa kapal terhempas ini Yesus hendak memberi pelajaran berharga bahwa (1) Tuhan tidak pernah benar-benar tertidur. Ia mengerti kesusahan para murid. Tetapi Ia mau melihat kedalaman iman kita kepada-Nya. Itu penting bagi-Nya. (2) Tuhan Yesus tidak berdiam atas permohonan murid-Nya. Tuhan mendengar dan datang melihat. Tidak selamanya kita sengsara. Tangan Tuhan akan bekerja dan waktunya selalu tepat. Kita akan diselamatkan, dikuatkan dan ditegapkan kembali. Tuhan berfirman, ”Justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna”

Saudara, hari ini kita semakin menyadari bahwa dalam kesulitan Ayub semakin mengenal Allah. Dalam kesusahan para murid melihat kuasa Allah. Dalam penderitaan pulalah Paulus semakin mengerti panggilannya sebagai pelayan yang setia, kawan sekerja Allah dan teladan yang tulus. Di dalam api emas menjadi murni. Bagaimana dengan Saudara?

Friday, June 5, 2009

Karakter Pemimpin Sejati

Saat seseorang memutuskan (baik secara sadar atau tidak) untuk mengikuti kepemimpinan Saudara, keputusan itu terutama karena satu atau dua hal berikut:
Karakter Saudara dan atau Kemampuan Saudara. Setiap orang yang kita temui selalu ingin memastikan apakah Saudara adalah orang yang pantas mereka ikuti, ataukah Saudara memiliki kemampuan untuk membawa mereka pada keberhasilan.

Tentu ada banyak pertimbangan untuk mengikuti kepemimpinan Saudara. Tetapi, di sini kita akan memusatkan perhatian pada pendalaman karakter-karakter yang membuat orang lain akan mengikuti kepemimpinan Saudara. Beberapa karakter utama kepemimpinan ini adalah:

1. Integritas
Integritas adalah kesatuan yang utuh antara yang Saudara katakan dengan yang Saudara lakukan. Integritas membuat Saudara dapat dipercaya. Integritas membuat orang lain mengandalkan Saudara. Integritas adalah penepatan janji-janji Saudara. Satu hal yang membuat sebagian besar orang enggan mengikuti Saudara adalah bila mereka tak sepenuhnya merasa yakin bahwa Saudara akan membawa mereka menuju ke tujuan yang Saudara janjikan. Apakah Saudara dikenal sebagai seseorang yang mempunyai integritas? Bila ya, maka Saudara sedang menjadi seorang pemimpin yang luar biasa.

2. Optimisme
Takkan ada orang yang mau mengikuti kita bila kita memandang suram masa depan. Mereka hanya mau mengikuti seseorang yang bisa melihat masa depan dan memberitahukan pada mereka bahwa di depan sana terbentang tempat yang lebih baik, dan mereka dapat mencapai tempat itu. Apakah Saudara melihat gelas itu separuh kosong? Bila ya, Saudara adalah seorang pesimis. Apakah Saudara melihat gelas itu separuh berisi? Bila ya, Saudara adalah seorang optimis. Apakah Saudara melihatnya sebagai segelas penuh; yaitu separuh berisi air dan separuh lagi berisi udara? Maka Saudara adalah seorang yang super optimis. Apakah Saudara dikenal sebagai seorang yang optimis? Bila ya, Saudara layak menjadi seorang pemimpin yang luar biasa.

3. Menyukai Perubahan.
Pemimpin adalah mereka yang melihat adanya kebutuhan akan perubahan, bahkan mereka bersedia untuk memicu perubahan itu. Sedangkan pengikut lebih suka untuk tinggal di tempat mereka sendiri. Pemimpin melihat adanya kebaikan di balik perubahan dan mengkomunikasikannya dengan para pengikut mereka. Jika Saudara tidak berubah, Saudara takkan bertumbuh. Apakah Saudara dikenal sebagai seseorang yang memicu perubahan? Jika ya, Saudara layak menjadi seorang pemimpin yang luar biasa.

4. Berani Menghadapi Resiko
Kapan pun kita mencoba sesuatu yang baru, kita mengambil resiko. Keberanian untuk mengambil resiko adalah bagian dari pertumbuhan yang teramat penting. Kebanyakan orang menghindari resiko. Karena itu, mereka bukan pemimpin. Para pemimpin menghitung resiko dan keuntungan yang ada di balik resiko. Mereka mengkomunikasikannya pada pengikut mereka dan melangkah pada hari esok yang lebih baik. Apakah Saudara dikenal sebagai seorang yang berani mengambil resiko? Jika ya, Saudara layak menjadi seorang pemimpin yang luar biasa.

5. Ulet Bin Tekun
Kecenderungan dari pengikut adalah mereka menyerah saat sesuatunya menjadi sulit. Ketika mereka mencoba untuk yang kedua atau ketiga kalinya dan gagal, mereka lalu mencanangkan motto, "Jika Saudara gagal di langkah pertama, menyerahlah dan lakukan sesuatu yang lain." Jelas saja mereka melakukan itu, karena mereka bukan pemimpin. Para pemimpin itu tahu apa yang ada di balik tembok batu, dan mereka akan selalu berusaha menggapainya. Lalu mereka mengajak orang lain untuk terus berusaha. Apakah Saudara dikenal sebagai seseorang yang ulet, tangguh, dan berdaya tahan tinggi? Jika ya, Saudara layak menjadi seorang pemimpin yang luar biasa.

6. Katalistis
Seorang pemimpin adalah seseorang yang secara luar biasa mampu menggerakkan orang lain untuk melangkah. Mereka bisa mengajak orang lain keluar dari zona kenyamanan dan bergerak menuju tujuan mereka. Mereka mampu membangkitkan gairah, antusiasme, dan tindakan dari para pengikut. Apakah Saudara dikenal seseorang yang mampu menggerakkan orang lain? Jika ya, Saudara layak menjadi seorang pemimpin yang luar biasa.

7. Berdedikasi Alias Komit
Para pengikut menginginkan seseorang yang lebih mencurahkan perhatian dan komit ketimbang diri mereka sendiri. Pengikut akan mengikuti pemimpin yang senantiasa bekerja dan berdedikasi, karena mereka melihat betapa pentingnya pencapaian tugas-tugas dan tujuan. Apakah Saudara dikenal sebagai seseorang yang komit dan senantiasa mencurahkan perhatian Saudara pada tujuan? Jika ya, Saudara layak menjadi seorang pemimpin yang luar biasa.
Sabe Satta Bhavantu Shukitatta