Kel. 20:1-17; Mzm. 19; I Kor. 1:18-25; Yoh. 2:13-22PembukaanSalib adalah keunikan orang Kristen. Yang tidak suka orang Kristen tentu tidak suka pada salib. Orang Kristen biasanya memakai atau meletakkan salib di rumah sebagai simbol Kristiani. Tentu saja itu baik, tetapi yang terpenting lagi adalah “Berita dari salib”.
Misalnya saudara berangkat dari Batu Aji menuju Panbil, mau belanja atau jalan-jalan. Sekarang saudara sudah di Tembesi, yang berjarak 3-4 menit kdari Panbil. Tiba-tiba teman di samping kursi saudara bertanya kepada saudara, apa sih inti ajaran orang Kristen? Apa sih inti iman Kristen? Dalam waktu sekitar 3-4 menit untuk sampai ke tujuan, apakah yang akan Saudara jawab atau lakukan? Menurut saya jawabanya: Karena Kasih-Nya, Allah telah menjadi manusia untuk menebus manusia dengan jalan mati di atas kayu salib dan bangkit pada hari ketiga. Titik sentralnya ialah Allah. Pusat iman Kristen ialah Allah yang tersalib, demi menyelamatkan manusia dari kuasa iblis dan belenggu dosa.
Salib adalah Kebodohan bagi yang akan binasaJikalau Saya mengatakan bahwa mimbar ini sebagai meja, apa tanggapan Saudara? Mungkin Saudara mengatakan “
Oon banget sih, udah jelas mimbar, ada micnya, ada salibnya, ada kain liturgisnya, masa masih dibilang meja?” Jika setelah Saudara mengatakan seperti itu, Saya tetap mengatakan ini meja, apa tanggapan Saudara? “
Terserah elu dah. Emang gua pikiran. Oon banget sih??!”, mungkin ada yang berkata seperti itu. Sama halnya dengan pemberitaan tentang salib. Tidak semua orang dapat melihat salib sebagai simbol keselamatan. Tidak semua orang melihat salib dalam makna rohani, sebab banyak juga orang memakai salib justru hanya sebagai penanda: ini kuburan Kristen, yang ono aga laen; kalau masih ada orangnya berarti Katolik, yang kaga ada orangnya berarti Protestan. Demikian pula tidak semua orang memandang salib sebagai simbol yang mulia (gambaran kasih dan penebusan Allah), tetapi terlalu banyak juga yang memandangnya sebagai sebuah kebodohan.
Alasannya dikemukakan oleh Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Koristus: “Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah”. Apa latar belakang Paulus mengungkapkan kalimat ini? Alasannya ialah masih terlalu banyak orang (baik di luar jemaat maupun di dalam jemaat) yang memandang kematian di atas kayu salib sebagai sebuah kenistaan dan kebodohan. Yang dimaksud oleh Paulus ialah orang-orang Yahudi dan Yunani yang tidak percaya bahwa salib adalah jalan yang telah dijalani Allah untuk menyelamatkan manusia. Mengapa tidak percaya? Kata Paulus karena: “Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat” (I Kor. 1:22).
Orang Yahudi terkenal dengan hukumnya dan tersohor sebagai ahli-ahli Taurat. Tetapi menurut mereka, dalam Hukum Taurat tidak pernah tercatat tentang Allah yang menjadi manusia, apalagi menderita. Tradisi mereka tidak mengajarkan bahwa Mesias itu lemah, miskin, apalagi mati di atas kayu salib. Yang mereka pahami dalam hukum Taurat ialah: “sebab seorang yang digantung, terkutuk oleh Allah" (Ul. 21:23). Yang disalib adalah orang-orang yang bersalah, terhukum dan terkutuk. Yesus pantas mati sebagai tersalib, karena ia telah mengacaukan kehidupan beragama dan berbangsa. Menurut mereka, Yesus mati tersalib sebagai terpidana, bukan untuk menanggung dosa orang lain.
Bagaimana dengan orang Yunani? Orang-orang Yunani terkenal dengan hikmatnya. Mereka adalah ahli-ahli Filsafat terkenal. Aristoteles, Galileo, Plato dan Socrates adalah filsuf kelahiran darah Yunani. Bagi orang Yunani hikmat (filsafat) adalah segala-galanya. Filsafat adalah pencarian pengetahuan tertinggi yang mampu membawa manusia keluar dari penderitaan dan kesengsaraan hidup. Hal ini bertolak belakang dengan salib, yang menggambarkan ketidakberdayaan. Lagipua, tidak satu pun dewa-dewa Yunani yang pernah menderita dan berkorban untuk menyelamatkan manusia, mereka malah digambarkan penuh kuasa, kuat, agung dan mulia.
Itulah sebabnya bagi orang Yahudi dan Yunani salib adalah suatu kenistaan, cela, ketidak-berdayaan dan kesia-sian belaka. Orang Yunani menolak Kristus karena keselamatan yang ditawarkan-Nya melalui salib sangatlah tidak masuk akal, bahkan bertentangan dengan hikmat manusia yang mengutamakan keagungan. Orang Yahudi menolak Kristus karena mereka tidak memperoleh tanda atau bukti di manapun bahwa Yesus adalah Mesias dan salib adalah jalan keselamatan. Ketika Tuhan Yesus membersihkan Bait Allah dari para pedagang dan penukar uang yang berjualan di pelataran Bait Allah, orang Yahudi sangat berang. Yang pertama mereka minta adalah: “Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?" (Yoh. 2:18). Mereka menuntut Tuhan Yesus untuk memberikan tanda bahwa Ia pantas berbuat itu.
Atas permintaan orang Farisi itu Yesus tidak memberikan muzijat apapun seperti yang mereka minta, sebab berpikir keajaiban yang selama ini dilakukan-Nya pun dianggap sebagai angina belaka. Sebab ketika hati manusia dikuasai kebencian, maka semua hal baik pada orang itu pun dinilai sebagai kekurangan. Ibaratnya: karena minyak setetes, najislah seluruh makanan. Yesus malah menantang mereka: “Rombak Bait Allah ini, dan Aku akan membangunnya kembali dalam tiga hari!” Ketika Yesus mengungkapkan itu, orang Yahudi pun langsung berang dan menilai Yesus sangat sombong, arogan dan tidak menghargai Bait Allah yang telah dibangun selama 40 thn.
Tetapi yang dimaksudkan Yesus ialah tubuh-Nya sendiri, yang memang akan dirombak dan ‘menghancurkan’ sebagai kurban penebusan, dan akan bangkit kembali pada hari yang ketiga Inilah artinya, salib Kristus adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan.
Salib: Kekuatan Allah yang menyelamatkanDi atas salib bertemu Keadilan dan Belas kasihan Allah. Di atas salib bertemu tuntutan dan pengampunan. Di atas salib diterima kutuk dan berkat. Di atas salib bertemu kenistaan dan kemuliaan. Di atas salib terjadi ketidak-berdayaan sekaligus kemenangan. Di atas salib terjadi pendamaian. Di atas salib bertemu dosa manusia yang diampuni oleh pengurbanan Kristus.
1. Salib adalah kekuatan Cinta kasih AllahMahatma Gandhi sangat suka menyanyikan lagu KJ 169 “Memandang salib Rajaku”. Di salib itu tergambar jelas cinta Allah bagi manusia. Allah yang hadir untuk dunia. Allah yang mengosongkan diri, menderita dan bersedia mati untuk orang lain. Di salib itu adalah wujud solideritas Allah bagi orang yang menderita. Gandhi dan orang India bisa saja angkat senjata untuk melawan penjajah dan membunuh mereka. Demikian pula, Allah bisa saja angkat senjata untuk melawan dosa dan manusia berdosa. Tetapi karena cinta-Nya, Allah memilih jalan kasih, jalan pengurbanan, jalan salib. Itulah yang dikagumi dan ditiru oleh Gandhi, mencari jalan damai tanpa kekerasan dan melalui pengurbanan. Bagaimana dengan kita?
2. Salib adalah kekuatan Allah melawan dosa dan mautI Petrus 2:24 berkata “Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran”. Di sinilah kuasa salib Kristus bekerja: ketika kita menerima Kristus, kuasa salib bekerja dan dosa manusia, betapapun merahnya, akan menjadi putih seperti salju. Kuasa salib mengubah manusia dari jahat menjadi baik, dari berdosa menjadi tidak berdosa. Tidak hanya itu, tanpa salib tidak akan ada kebangkitan Kristus dan hidup baru. Demikian pula kita, tanpa melalui salib tidak ada kematian atas dosa dan kebangkitan dalam hidup yang baru.
3. Salib adalah Jalan Keselamatan bagi manusiaSemua orang yang percaya kepada pemberitaan salib baginya tersedia keselamatan. Iman kepada Kristus yang tersaliblah yang mampu menebus manusia dari dosa dan maut. Pada waktu Yesus disalib, dia dipukul, dicambuk sehingga menimbulkan banyak luka. Masing-masing luka mewakili tubuh kita yang jahat. Dan melalui bilur-bilur-Nya, kita disembuhkan dan diselamatkan.
Pikullah Salibmu dan Ikutlah Aku!Salib adalah kekuatan Allah. Salib telah membuka mata hati para murid. Salib telah menebus dan menyelamatkan mereka dan kita. Karena salib juga para martir berani menerima kematian dengan sukacita. Karena salib gereja siap menderita aniaya dan tetap berjaya. Jika salib telah menjadi kekuatan bagi orang percaya dan gereja sepanjang masa, yang mengubah manusia dan dunia dengan cinta, bagaimana dengan kita? Maukah kita juga menjadikannya kekuatan untuk berubah dan mengubah dunia ini? Maukah kita memikul salib untuk berdamai dengan semua orang? Maukah kita menyalibkan ego, amarah dan kebencian kita? Lalu menyatakan siap mengikut Tuhan Yesus. Sebab itulah kata Yesus, “
Pikullah salibmu dan ikutlah Aku!”. Jikalau kita mau, kuasa salib akan bekerja di dalam diri kita. Berjuanglah. Amin.